Kamis, 14 November 2019


Aplikasi-Aplikasi yang Trend
Saat ini di Indonesia

1.Halodoc
            Halodoc merupakan sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani di bidang telekonsultasi kesehatan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2016 di Jakarta oleh Jonathan Sudharta. ... Tujuan Halodoc adalah simplifying healthcare, yakni memudahkan akses kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

2.Dana
            Founder: Vincent Iswara
Industri: fintech (dompet digital)
Status pendanaan: telah mendapatkan investasi dari EMTEK
  • DANA (atau Dompet Digital Indonesia) merupakan layanan pembayaran digital berbasis open-platform.
  • DANA dapat digunakan untuk pembayaran e-commerce Bukalapak, pembelian tiket Tix.id, serta transfer pulsa dan saldo digital DANA lewat BBM.
  • Untuk pengisian saldonya sendiri, pengguna dapat melakukan top-up melalui bank yang bermitra dengan DANA dan outlet Alfamart.
  • Dalam beberapa waktu ke depan, DANA menargetkan untuk menggaet empat puluh mitra yang mengintegrasikan DANA sebagai bagian layanan payment mereka.


Sebuah startup bernama DANA (atau Dompet Digital Indonesia) pada tanggal 21 Maret 2018 secara resmi telah diperkenalkan sebagai salah satu layanan pembayaran digital di Indonesia. Dengan berbasis open-platform (sama seperti halnya Alipay dari Cina), DANA diharapkan bisa menjadi solusi bagi kegiatan transaksi digital non-tunai, baik secara online maupun offline.
DANA dinahkodai oleh Vincent Henry Iswaratioso, Country Head Alipay Indonesia yang sebelumnya juga menjabat sebagai co-founder dari layanan payment digital INDOMOG. Sebelum resmi diperkenalkan dengan nama DANA, tersiar kabar bahwa startup ini merupakan perusahaan patungan antara Ant Financial (Alipay) dengan EMTEK. Meskipun mengadopsi teknologi dari Ant Financial, namun investor utama DANA merupakan perusahaan Indonesia, yakni grup EMTEK.
https://d26bwjyd9l0e3m.cloudfront.net/wp-content/uploads/2018/03/Dana-Photo.jpg
Bertujuan untuk mempopulerkan transaksi non-tunai
Vincent menjelaskan bahwa DANA didirikan untuk menjawab perkembangan kebutuhan gaya hidup digital yang serba efisien, terutama dalam urusan transaksi kegiatan jual beli berbasis digital.
Transaksi konvensional dengan uang tunai sering kali menghalangi peningkatan produktivitas dan daya saing. (Oleh karena itu) DANA kami dirikan untuk mengoptimalkan transaksi non-tunai di masyarakat.
 Vincent Henry, CEO DANA
Dengan mengusung layanan pembayaran berbasis open-platform, DANA diklaim memiliki kelebihan terutama dari segi adopsi penggunaannya. Berbeda dengan layanan payment gateway populer (seperti GO-JEKGrabPay, OVO, dan lainnya), DANA tidak terpaku dengan keberadaan satu platform tertentu seperti GO-PAY yang saat ini terbatas hanya untuk membayar semua transaksi dalam aplikasi GO-JEK saja.
Vincent mencontohkan DANA ke depannya bisa digunakan di beberapa layanan seperti:
  • pembayaran e-commerce Bukalapak
  • pembelian tiket Tix.id
  • transfer pulsa dan saldo digital DANA lewat BBM.
Untuk pengisian saldonya sendiri, pengguna dapat melakukan top-up melalui bank yang bermitra dengan DANA dan outlet Alfamart.
https://d26bwjyd9l0e3m.cloudfront.net/wp-content/uploads/2018/03/Dana-Screenshot.jpg
Bakal dikembangkan lebih luas
Meski sebagian besar integrasi DANA ke dalam layanan lainnya karena afiliasi dengan EMTEK, namun Vincent tidak menutup kemungkinan bahwa ke depan adopsinya bakal lebih luas lagi (seperti halnya konsep Alipay). Ia menargetkan paling tidak dalam beberapa waktu ke depan akan ada empat puluh mitra yang sudah mengintegrasikan DANA sebagai bagian layanan payment mereka.
Agar menjadi solusi yang efektif, (perkembangan) DANA ke depannya akan selalu berpijak kebutuhan masyarakat. Kami harap pengalaman transaksi yang akan kami suguhkan bisa berkontribusi untuk membangun kepercayaan terhadap transaksi non-tunai, khususnya dalam memberdayakan dompet digital
 Vincent, CEO DANA
Dana Featured | alternatif

Mulai diperkenalkannya DANA dalam ranah pembayaran digital menambah semarak layanan sejenis yang belakangan semakin mulai berkembang luas di masyarakat seperti GO-PAY, dan OVO yang terintegrasi dengan layanan GRABPAY.
Yang menarik, CEO sekaligus pendiri GO-JEK, Nadiem Makariem sebelumnya bahkan mengumumkan bahwa GO-PAY nantinya akan bertransformasi menjadi medium pembayaran holistik sehingga bisa digunakan untuk melakukan pembayaran di luar aplikasi GO-JEK.
Saat tulisan ini dipublikasikan, DANA masih menjalani proses beta roll-out di beberapa layanan mitra yang telah berafiliasi dengan mereka. Vincent sendiri juga mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini sedang mengupayakan fitur transfer saldo berbasis kode QR dengan memanfaatkan kamera dari layanan chatting BBM.

3.Kredivo

          Kredivo Resmi Terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan

 

Kredivo senantiasa menyampaikan kabar gembira untuk para Kredipal. Tanggal 21 Maret 2018 menandakan satu lagi pencapaian kami: Kredivo resmi terdaftar dan mengantongi izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Prestasi ini menjadi pencapaian Kredivo lainnya sejak diluncurkan 2 tahun yang lalu. Hal ini pastinya bisa terwujud berkat dukungan dari semua user Kredivo.

Tentu pencapaian ini bukanlah hal yang mudah untuk digapai. Dari ratusan fintech yang terdapat di Indonesia, hanya beberapa perusahaan yang secara resmi tercatat OJK, dan kini Kredivo yang terdaftar dengan nama PT FinAccel Digital Indonesia resmi menjadi salah satu perusahaan fintech yang terdaftar dan berada dalam pengawasan OJK dengan nomor registrasi S-236 / NB.213 / 2018.
Dengan keputusan ini, Kredivo menjadi produk pembayaran kredit digital pertama yang terdaftar dan diawasi oleh OJK. Pendaftaran ini juga menunjukkan bahwa Kredivo telah memenuhi kualifikasi ketat pemerintah dalam hal sistem elektronik, mitigasi risiko, kelayakan sumber daya manusia, dan infrastruktur operasional lainnya dalam menjalankan bisnis. Dengan kata lain, hal ini juga memperkuat posisi Kredivo sebagai produk kartu kredit digital yang terpecaya.
Kredivo memiliki visi dan misi serupa dengan pemerintah yaitu memperluas layanan jasa keuangan.  Harapan kami adalah masyarakat terutama generasi milenial di Indonesia bisa semakin mudah untuk mendapatkan akses kredit yang aman, nyaman, dan terjangkau, sehingga kesenjangan akan penetrasi kredit di Indonesia bisa semakin diminimalisasi.
Buat kamu yang mau menggunakan Kredivo tapi masih ragu-ragu, segera hilangkan kekhawatiranmu! Sebab selain sudah terdaftar di OJK, Kredivo memiliki sistem keamanan setara bank. Semua data pengguna akan dienkripsi sehingga sangat terjamin keamanannya. Kredivo juga hanya bekerja sama dengan merchant yang terpecaya dan kredibel di Indonesia.
Dengan Kredivo, pengalaman belanja dengan kredit jadi semakin mudah. Kamu tinggal mengunduh aplikasinya di sini, lalu ikuti instruksi pendaftaran sesuai dengan metode kredit yang dipilih. Prosesnya serba online, mudah, cepat, dan tanpa kartu kredit. 

4.GO-Jek

          Gojek


Gojek
Gojek logo 2019.svg
Industri
Didirikan
2010
Pendiri
·         Nadiem Makarim
·         Kevin Aluwi
·         Michaelangelo Moran
Kantor
pusat
Wilayah operasi
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/9f/Flag_of_Indonesia.svg/22px-Flag_of_Indonesia.svg.png Indonesia
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a9/Flag_of_Thailand.svg/22px-Flag_of_Thailand.svg.png Thailand (sebagai GET)
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/21/Flag_of_Vietnam.svg/22px-Flag_of_Vietnam.svg.png Vietnam (sebagai Go-Viet)
[1]
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/48/Flag_of_Singapore.svg/22px-Flag_of_Singapore.svg.png Singapura
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/99/Flag_of_the_Philippines.svg/22px-Flag_of_the_Philippines.svg.png Filipina (melalui akuisisi Coins.ph)
Tokoh
kunci
·         Nadiem Makarim (Co-Founder)
·         Kevin Aluwi (Co-Founder)
·         Andre Soelistyo (President)
·         Hans Patuwo (COO)
·         Ajey Gore (Group CTO)
·         Thomas Husted (Group CFO)
·         Monica Oudang (CHRO)
Pemilik
PT Aplikasi Karya Anak Bangsa
Situs web
Gojek (sebelumnya ditulis GO-JEK) merupakan sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani angkutan melalui jasa ojek. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2010 di Jakarta oleh Nadiem Makarim.[2][3] Saat ini, Gojek telah tersedia di 50 kota di Indonesia.[1] Hingga bulan Juni 2016, aplikasi Gojek sudah diunduh sebanyak hampir 10 juta kali di Google Play pada sistem operasi Android,[4] dan telah tersedia di App Store. Gojek juga mempunyai layanan pembayaran digital yang bernama Gopay. Layanan Gojek kini telah tersedia di ThailandVietnam dan Singapura.

Daftar isi

·         1Sejarah
o    1.1Pendanaan
o    1.3Ekspansi
o    1.4Kerja sama

Sejarah

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/5/5c/GO-JEK_logo.png/220px-GO-JEK_logo.png
Logo pertama Gojek yang digunakan hingga 21 Juli 2019.
Gojek didirikan oleh Nadiem Makarim, warga negara Indonesia lulusan Master of Business Administration dari Harvard Business School. Ide mendirikan Gojek muncul dari pengalaman pribadi Nadiem Makarim menggunakan transportasi ojek hampir setiap hari ke tempat kerjanya untuk menembus kemacetan di Jakarta.[5] Saat itu, Nadiem masih bekerja sebagai Co-Founder dan Managing Editor Zalora Indonesia dan Chief Innovation Officer Kartuku.[6]
Sebagai seorang yang sering menggunakan transportasi ojek, Nadiem melihat ternyata sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh pengemudi ojek hanyalah sekadar mangkal menunggu penumpang. Padahal, pengemudi ojek akan mendapatkan penghasilan yang lumayan bila banyak penumpang. Selain itu, ia melihat ketersediaan jenis transportasi ini tidak sebanyak transportasi lainnya sehingga seringkali cukup sulit untuk dicari. Ia menginginkan ojek yang bisa ada setiap saat dibutuhkan. Dari pengalamannya tersebut, Nadiem Makarim melihat adanya peluang untuk membuat sebuah layanan yang dapat menghubungkan penumpang dengan pengemudi ojek.[7]
Pada tanggal 13 Oktober 2010, Gojek resmi berdiri dengan 20 orang pengemudi. Pada saat itu, Gojek masih mengandalkan call center untuk menghubungkan penumpang dengan pengemudi ojek. Pada pertengahan 2014, berkat popularitas Uber kala itu, Nadiem Makarim mulai mendapatkan tawaran investasi. Pada 7 Januari 2015, Gojek akhirnya meluncurkan aplikasi berbasis Android dan IOS untuk menggantikan sistem pemesanan menggunakan call center.[8]

Pendanaan

Gojek pertama kali mendapatkan kucuran dana dari NSI Ventures pada Juni 2015 dengan besaran dana yang tidak dipublikasikan.[9] Pada Oktober 2015, Gojek kembali mendapatkan kucuran dana.[9] Kali ini dari Sequoia Capital dan DST Global yang juga tidak disebutkan jumlahnya.
Pada Agustus 2016, Gojek secara resmi mengumumkan pendanaan senilai US$550 juta atau sekitar Rp7,2 triliun dari KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital, dan Capital Group Private Markets dan investor-investor sebelumnya.[10] [11]Dengan adanya pendanaan tersebut, Gojek resmi berstatus sebagai unicorn pertama di Indonesia, yaitu startup dengan valuasi lebih dari US$1 miliar. Pada saat itu, valuasi Gojek telah mencapai US$1,3 miliar (sekitar Rp17 triliun).[12]
Pada Januari 2018, Google melalui situs blog resminya mengumumkan bahwa mereka telah memberikan pendanaan untuk Gojek[13][14]. Ini merupakan investasi pertama Google kepada startup di Asia.[15] Kucuran dana tersebut merupakan bagian dari seri pendanaan yang diikuti oleh Tencent, JD, Temasek, dan Meituan-Dianping yang mencapai angka US$1,2 miliar (sekitar Rp16 triliun). Dalam pengumumannya, Google tidak merinci besaran jumlah investasinya kepada Gojek namun sebuah sumber dari Reuters menyebutkan totalnya sekitar 100 juta dollar AS (sekitar 1,3 triliun).[15][16]
Tidak lama setelah Google, pada 12 Februari 2018 Astra Internasional yang merupakan salah satu perusahaan otomotif nasional mengumumkan investasinya kepada Gojek senilai US$ 150 juta atau sekitar Rp2 triliun.[17] Suntikan dana tersebut merupakan investasi terbesar sepanjang sejarah Astra di sektor digital dan yang terbesar di Gojek bila dibandingkan dengan investor-investor lainnya sampai pada saat itu.[18] Pada hari yang sama, Djarum Grup melalui PT Global Digital Niaga (GDN) yang merupakan anak usaha perusahaan modal ventura Global Digital Prima (GDP) milik Djarum, juga mengumumkan investasinya kepada Gojek. Dalam pengumuman tersebut. GDN tidak bersedia mengungkapkan berapa dana yang mereka investasikan ke Gojek.[19]

Akuisisi dan Investasi

Dalam upaya melakukan pengembangan aplikasinya, Gojek mengakuisisi beberapa perusahaan di India dan membuka kantor di Bengaluru, sebuah daerah yang terkenal sebagai "Silicon Valley nya India".[20] Hubungan Gojek dengan India bermula pada April 2015, saat Gojek menyewa C42 Engineering, sebuah perusahaan rekayasa perangkat lunak selama dua bulan di Jakarta untuk membereskan kekutu (bug) dalam aplikasi mereka.[20] Hubungan ini tercipta berkat Sequoia Capital yang merupakan salah satu investor Gojek.
Februari 2016, Gojek akhirnya mengakuisisi C42 Engineering beserta CodeIgnition, perusahaan pengembangan aplikasi di New Delhi yang sebelumnya juga pernah bekerja untuk Gojek.[21] Kedua perusahaan teknologi ini ditugaskan membantu meningkatkatkan sistem IT untuk menanggulangi jumlah pengguna yang semakin banyak.[22] Pada saat itu, pertumbuhan Gojek melaju dengan cepat. Jumlah pengunduh aplikasinya mencapai 11 juta dengan 200 ribu sopir Gojek. Pada tahun yang sama, tepatnya pada September 2016 Gojek mengakusisi Pianta, sebuah startup lokal di India yang menyediakan layanan kesehatan seperti terapi fisik, perawat, hingga pengumpulan sampel untuk pemeriksaan di laboratorium.[23] Menutup tahun 2016, Gojek mengakuisisi startup keempatnya di India yaitu LeftShift, perusahaan yang bergerak di bidang aplikasi AndroidiOS, dan situs internet.[24]
Gojek tidak ingin berhenti hanya sebagai perusahaan transportasi berbasis daring, namun bertransformasi sebagai sebuah perusahaan financial technology (fintech) melalui Gopay.[25] Pada akhir tahun 2016 Gojek mengakuisisi Ponselpay, sebuah perusahaan keuangan milik MVComerce yang telah memiliki lisensi uang elektronik (e-money) dari Bank Indonesia.[26] Gojek membutuhkan lisensi tersebut guna mengembangkan Gojek yang telah mereka kembangkan untuk menjadi e-money layaknya Flazz milik BCA, Brizzi milik BRIT-Cash milik Telkomsel dan lain-lain.[27][28]
Pada 15 Desember 2017, Gojek mengumumkan akuisisinya terhadap tiga perusahaan financial technology yaitu KartukuMidtrans, dan Mapan untuk mendukung ekspansi GO-PAY di luar ekosistem Gojek.[29] Kartuku merupakan sebuah perusahaan penyedia Prosesor Pihak Ketiga atau Third Party Processor (TPP) dan Penyedia Layanan Pembayaran (PSP).[30] Kartuku yang telah mengoperasikan lebih dari 150 ribu alat pembayaran di gerai luring (offline) dan telah bekerjasama dengan sembilan bank acquirer ini, akan difokuskan untuk pengembangan penggunaan Gopay secara luring.[31]
Midtrans adalah salah satu perusahaan penyedia jasa pemprosesan pembayaran secara daring yang telah menjalin kemitraan dengan bank-bank di Indonesia, maskapai penerbangan, retail e-commerce dan perusahaan-perusahaan fintech.[32] Sementara Mapan adalah jaringan layanan keuangan berbasis komunitas yang memungkinkan penggunanya mencicil barang yang mereka ingin beli dalam katalog barang Arisan Mapan.[33][34] Mapan yang telah tersedia di 100 kota tersebut difokuskan oleh Gojek untuk mengakselerasi inklusi keuangan bagi masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan (unbanked).[35]
Pada 8 Agustus 2017, Gojek mengakuisisi LOKET, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang event management & ticketing.[36] LOKET menghadirkan layanan pemesanan tiket secara daring, sampai menyediakan gelang RFID untuk pengunjung acara.[37] Langkah ini diambil Gojek untuk mendorong perkembangan fitur penjualan tiket bioskop dan acara yang telah mereka miliki melalui GO-TIX.[38]
Pada tahun 2018, setelah sukses berekspansi ke Vietnam Gojek memperluas jaringan bisnisnya ke sektor periklanan. Kali ini, Gojek mengakuisisi Promogo, sebuah layanan pemasangan iklan di kendaraan pada September 2018.[39][40] Di tahun 2018 pula tepatnya pada Agustus, Gojek mengkonfirmasi kehadiran GO-Ventures yang merupakan unit permodalan dari Gojek.[41] Hal ini sama dengan apa yang dilakukan oleh pesaing terdekatnya, Grab, yang telah memiliki Grab Ventures. Pasca mengumumkan kehadiran GO-Ventures, Gojek memberi suntikan dana kepada Kumparan, sebuah startup media daring yang berdiri sejak tahun 2016 dengan nilai investasi yang tidak disebutkan.[42]
Januari 2019, Gojek mengakuisisi mayoritas saham Coins.ph, startup fintech asal Filipina senilai US$72 juta atau setara dengan Rp1 triliun.[43]Coins.ph merupakan fintech berbasis blockchain yang memiliki layanan dompet digital. Mereka telah memiliki lebih dari 100 ribu merchant yang menerima pembayaran via Coins.ph. Juli 2019, Gojek dikabarkan telah menyuntikkan dana sebesar US$ 5 juta atau sekitar Rp70 miliar pada startup bernama Rebel Foods di India.[44] Rebel Foods merupakan startup "cloud kitchen" yang menjalankan pengantaran makanan dari ribuan restoran.[45] Pasca mendapatkan suntikan dana dari Gojek, Rebel Foods juga dikabarkan akan menyiapkan bisnisnya di Indonesia. Pada September, Gojek menyalurkan dana sebesar US$ 3 juta atau sekitar Rp42 miliar pada perusahaan fintech Pluang yang sebelumnya bernama EmasDigi.[46]

Ekspansi

Pada 24 Mei 2018, Gojek mengumumkan kepastiannya untuk berekspansi ke empat negara di Asia Tenggara yaitu VietnamThailandSingapura, dan Filipina. Gojek mengaku menyiapkan dana sebesar USD500 juta atau sekitar Rp7,1 triliun untuk memuluskan langkahnya tersebut.[47] Sebulan kemudian tepatnya pada 25 Juni 2018, Gojek memperkenalkan GO-Viet di Vietnam dan GET di Thailand sebagai bagian dari ekspansinya.[48]
Selain tidak menggunakan nama merek nya seperti yang dilakukan Uber atau Grab, Gojek juga lebih memilih menggandeng tim lokal untuk menjalankan layanannya di luar negeri dan memberi kekuatan penuh untuk menetapkan kebijakan sesuai dengan karakteristik masing-masing negara.[49] Namun, mereka tetap mendapatkan dukungan teknologi, pengetahuan operasional, dan tentu saja pendanaan dari Gojek. Sementara itu, kedua perusahaan tersebut berperan memberikan pengetahuan tentang kondisi pasar lokal.
Pada 12 September 2018, GO-Viet secara resmi diluncurkan di Vietnam setelah sebelumnya mulai beroperasi di Kota Ho Chi Minh sejak 1 Agustus 2018.[50][51] Pemilihan Vietnam sebagai negara pertama dari rencana ekspansi Gojek bukannya tanpa alasan. Negara ini memiliki jumlah penduduk yang cukup besar yaitu sekitar 107 juta orang dengan penetrasi internetnya sekitar 54%.[52] [53] GO-Viet dipimpin oleh Duc Nguyen yang pernah bekerja pada Uber sebagai International Launcher untuk membantu melakukan riset pasar, menjalin kemitraan, analitik pasokan, integrasi pembayaran, hubungan masyarakat, dan rekrutmen.[54]
Setelah sukses di Vietnam dan Thailand, Gojek mulai memasuki pangsa pasar Singapura. Secara resmi, Gojek memulai debutnya di Singapura pada 29 November 2018 dalam versi beta di wilayah terbatas yang mencakup Central Business District, Jurong East, Pungol, Ang Mo Kio, dan Sentosa.[55] Pada 10 Januari 2019, Gojek resmi beroperasi secara menyeluruh di wilayah Singapura.[56] Di sini, Gojek tidak menjalankan layanan GO-Ride lantaran Pemerintah Singapura tidak mengizinkan penggunaan sepeda motor untuk transportasi umum. [57]

Kerja sama

Gojek mengumumkan kerja sama dengan perusahaan taksi Blue Bird pada Mei 2016.[58] Melalui kerjasama tersebut Gojek membuatkan aplikasi untuk pengemudi Blue Bird dan mulai Januari 2017 pengemudi Blue Bird bisa menerima pemesanan dari layanan Gocar milik Gojek.[59] Pada Maret 2017, kedua perusahaan tersebut meningkatkan kerja samanya dengan meluncurkan fitur GO-Blue Bird. Melalui fitur tersebut, pengguna bisa langsung memesan taksi Blue Bird di aplikasi Gojek, tidak akan mendapatkan mitra pengemudi lain seperti hal nya ketika melalui Gocar.
Pada akhir Juli 2019, Gojek mengumumkan kerjasama nya dengan Astra melakukan uji coba motor listrik sebagai kendaraan driver Gojek.[60] Langkah ini diklaim sebagai dukungan kedua perusahaan untuk gaya hidup ramah lingkungan. Sebelumnya, Gojek dan Astra juga mengumumkan kerjasama mereka membentuk layanan GO-Fleet yang menyediakan kendaraan baru, layanan perawatan hingga perbaikan di bengkel resmi Astra bagi mitra pengemudi GO-Car.[61] GO-Fleet yang berdiri di bawah naungan PT Solusi Mobilitas Bangsa ini juga melakukan monetisasi melalui iklan pada badan kendaraan GO-Car. Mitra pengemudi nantinya akan mendapat insentif dari pemasangan iklan ini. Sementara kompetitor utama Gojek, yaitu Grab sudah melakukan hal ini sejak beberapa tahun sebelumnya melalui kerjasama dengan Stickearn.[62]

Perubahan identitas

Pada 22 Juli 2019, Gojek meluncurkan logo baru dan cara penulisan korporasi baru. Ikon barunya, yang dijuluki "Solv", melambangkan transformasi Gojek dari menjadi layanan naik wahana menjadi aplikasi super yang menyediakan berbagai cara cerdas untuk menghilangkan kerepotan. Sedangkan brand Gojek yang semula ditulis GO-JEK diganti dengan gojek saja tanpa ada tanda penghubung.

5.Dana

          Tokopedia



Tokopedia
Tokopedia Icon.png
Logo-Tokopedia.png
Logo Tokopedia
Jenis situs
Bahasa
Pemilik
PT Tokopedia
Pencipta
William Tanuwijaya
Leontinus Alpha Edison
Sudah Cek Tokopedia Belum? (2014–2017)
Ciptakan Peluangmu (2015–2017)
Semua Dimulai dari Tokopedia (2017)
Mulai Aja Dulu (2018-sekarang)
Situs web
Peringkat Alexa
147 (hingga April 2018)[1]
Komersial
Ya
Daftar akun
Diperlukan untuk menjual atau membeli
Diluncurkan
6 Februari 2009
Status
Aktif
Tokopedia merupakan perusahaan teknologi Indonesia dengan misi mencapai pemerataan ekonomi secara digital[2]. Sejak didirikan pada tahun 2009, Tokopedia telah bertransformasi menjadi sebuah unicorn yang berpengaruh tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara.[3]
Tokopedia memiliki bisnis marketplace terdepan di Indonesia yang memungkinkan setiap individu, toko kecil, dan brand untuk membuka dan mengelola toko daring. Hingga saat ini, Tokopedia menjadi marketplace yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat Indonesia.[4] Sejak diluncurkan, layanan dasar Tokopedia dapat digunakan oleh semua orang secara gratis.[5]
Dengan visi "Membangun sebuah ekosistem dimana siapa pun bisa memulai dan menemukan apapun "[6], Tokopedia telah memberdayakan jutaan pedagang dan konsumen untuk berpartisipasi dalam masa depan perekonomian. Tokopedia secara konsisten mendukung para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan perorangan untuk mengembangkan usaha mereka dengan memasarkan produk secara daring.
Usaha ini juga terlihat dari berbagai program yang dibuat maupun diinisiasi oleh Tokopedia dengan bekerjasama dengan Pemerintah dan pihak-pihak lainnya. Salah satu program kolaborasi yang diinisasi oleh Tokopedia adalah acara tahunan MAKERFEST yang diadakan sejak bulan Maret 2018.[7] Acara yang diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia ini merupakan panggung perayaan kreasi lokal yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan industri kreatif dalam negeri.[7]
Sejak tahun 2018, Tokopedia juga menghadirkan Tokopedia Center.[8] Experience center ini telah diluncurkan di beberapa kota di Indonesia, dua diantaranya adalah Boyolali dan Padang. Melalui Tokopedia Center, pengunjung dapat melakukan transaksi secara online-to-offline (O2O), membayar tagihan, membeli tiket, mendapatkan informasi mengenai cara menggunakan aplikasi Tokopedia, belanja secara interaktif, sampai mencari inspirasi untuk memulai usaha daring secara gratis.[8]
Tokopedia memudahkan seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke untuk mendapatkan kebutuhan mereka. [9]Selain berperan sebagai marketplace pertama yang menerapkan sistem escrow atau rekening bersama di Indonesia, Tokopedia juga menjadi perusahaan teknologi pertama di Indonesia yang memperkenalkan pengentaran instan melalui kemitraan dengan perusahaan transportasi daring.[9] Hal ini memungkinkan konsumen untuk mendapatkan barang dengan cepat.

Daftar isi

·         1Sejarah
·         2Jenis Bisnis
·         3Brand Ambassador
·         4Teknologi
·         5Referensi
·         6Pranala luar

Sejarah

Tokopedia resmi diluncurkan ke publik pada 17 Agustus 2009 di bawah naungan PT Tokopedia yang didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison pada 6 Februari 2009. Sejak resmi diluncurkan, PT Tokopedia berhasil menjadi salah satu perusahaan internet Indonesia dengan pertumbuhan yang sangat pesat[10].
PT Tokopedia mendapatkan pendanaan awal dari PT Indonusa Dwitama pada tahun 2009. Pada tahun-tahun berikutnya, Tokopedia kembali mendapat suntikan dana dari pemodal ventura global seperti East Ventures (2010)[11][12], Cyber Agent Ventures (2011)[13], Netprice (2012)[14], dan SoftBank Ventures Korea (2013)[15]. Pada Oktober 2014, Tokopedia menjadi perusahaan teknologi pertama di Asia Tenggara yang menerima investasi sebesar USD 100 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun dari Sequoia Capital dan SoftBank Internet and Media Inc (SIMI)[16][17]. Pada April 2016, Tokopedia kembali dikabarkan mendapatkan investasi sebesar USD 147 juta atau sekitar Rp 1,9 triliun.[18]
Pada bulan Agustus 2017, Tokopedia menerima investasi sebesar USD 1,1 milyar dari Alibaba. Dikabarkan bahwa keputusan ini dilakukan agar Alibaba dapat semakin memperluas jaringannya di Indonesia dan Asia Tenggara setelah sebelumnya membeli saham Lazada.[19].
Berkat peranannya dalam mengembangkan bisnis daring di Indonesia, Tokopedia berhasil meraih penghargaan Marketeers of the Year 2014 untuk sektor e-Commerce pada acara Markplus Conference 2015 yang digelar oleh Markplus Inc. pada tanggal 11 Desember 2014[20]. Pada 12 Mei 2016, Tokopedia terpilih sebagai Best Company in Consumer Industry dari Indonesia Digital Economy Award 2016[21]
Pada tahun 2018, Tokopedia kembali meraih beberapa penghargaan. Mei lalu lalu aplikasi Tokopedia berhasil memuncaki Apple Store mengalahkan Facebook, WhatsApp, dan Instagram. Sementara di Android, Tokopedia juga berhasil menjadi #3 Top Chart di Google Play mengalahkan Facebook dan Instagram[22]. Pada Desember 2018 Tokopedia terpilih sebagai aplikasi terbaik pilihan masyarakat di Google Play.

Jenis Bisnis

Sebagai perusahaan teknologi, Tokopedia menghadirkan empat bisnis utama bagi para penggunanya. Bisnis pertama Tokopedia, sekaligus yang menjadi bisnis paling dikenal masyarakat adalah marketplace. Tokopedia menyediakan serambi bisnis C2C gratis untuk penjual dan pembeli. Terdapat juga toko resmi untuk beberapa merek resmi terkemuka.
Tokopedia juga menyediakan produk digital seperti pulsa, pembayaran BPJS, listrik dan air, tagihan telepon, kartu kredit, tv berlangganan, dan lain sebagainya. Terdapat juga tiket pesawat, tiket kereta, acara, voucher permainan video, dan produk digital lainnya.
Pada tahun 2016, Tokopedia melebarkan sayap dengan menghadirkan produk teknologi finansial. Produk fintech Tokopedia terdiri dari dompet digital, investasi terjangkau, kredit modal bisnis, kartu kredit virtual, produk proteksi, skoring kredit berdasarkan data untuk produk pinjaman, investasi, serta layanan keuangan lainnya[23]
Baru-baru ini pada tahun 2018 Tokopedia menghadirkan aplikasi Mitra Tokopedia. Aplikasi berukuran 1 MB ini ditujukan untuk memungkinkan semua orang khususnya pemilik warung dan usaha kecil untuk bisa berjualan produk digital Tokopedia seperti paket data, token listrik, BPJS, voucher game, dan lain sebagainya.[24]

Brand Ambassador

Pada tanggal 12 November 2014, Tokopedia secara resmi mengumumkan Chelsea Islan sebagai brand ambassador yang merepresentasikan Tokopedia[25]. Pada 21 Oktober 2015, Isyana Sarasvati menjadi brand ambassador yang mewakili Tokopedia.[26] Saat ini, BTS menjadi brand ambassador baru untuk Tokopedia.

Teknologi

Versi awal Tokopedia yang dibangun tahun 2009 menggunakan bahasa pemrograman Perl, database Oracle dan webserver Apache dengan mod_perl. Seiring perkembangan waktu, sekitar tahun 2015, Tokopedia mengganti mesin databasenya dengan PostgreSQL. Selain pergantian database server, webserver Tokopedia pun belakangan berganti menggunakan Nginx.
Pada tahun 2015, arsitektur serambi Tokopedia sudah berganti dari yang sebelumnya monolitik menjadi berbasis microservices. Pemilihan bahasa program pun mengalami perubahan, walaupun belum 100%, sebagian sistem Tokopedia sudah dibangun menggunakan bahasa program Go.
Tokopedia juga menggunakan beberapa layanan berbasis cloud, contohnya: S3 (untuk storage) dan Cloudsearch, keduanya dari Amazon Web Services.[27]

         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LINUX 1 A. sejarah Linux     Berawal pada tahun 1969, para peneliti dari AT&T’s Bell Laboratories mulai mengimplementasikan sis...