Aplikasi-Aplikasi yang Trend
Saat ini di Indonesia
1.Halodoc
Halodoc merupakan
sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani di
bidang telekonsultasi kesehatan. Perusahaan ini didirikan pada
tahun 2016 di Jakarta oleh Jonathan Sudharta. ... Tujuan Halodoc adalah
simplifying healthcare, yakni memudahkan akses kesehatan bagi seluruh
masyarakat Indonesia.
2.Dana
Founder: Vincent
Iswara
Industri: fintech (dompet digital)
Status pendanaan: telah mendapatkan investasi dari EMTEK
Industri: fintech (dompet digital)
Status pendanaan: telah mendapatkan investasi dari EMTEK
- DANA (atau Dompet Digital Indonesia) merupakan
layanan pembayaran digital berbasis open-platform.
- DANA dapat digunakan
untuk pembayaran e-commerce Bukalapak, pembelian
tiket Tix.id,
serta transfer pulsa dan saldo digital DANA lewat BBM.
- Untuk pengisian saldonya sendiri, pengguna dapat
melakukan top-up melalui bank yang bermitra dengan DANA dan outlet Alfamart.
- Dalam beberapa waktu ke depan, DANA
menargetkan untuk menggaet empat puluh mitra yang mengintegrasikan DANA
sebagai bagian layanan payment mereka.
Sebuah startup bernama DANA (atau Dompet Digital Indonesia)
pada tanggal 21 Maret 2018 secara resmi telah diperkenalkan sebagai salah
satu layanan pembayaran digital di Indonesia. Dengan berbasis open-platform (sama
seperti halnya Alipay dari Cina), DANA diharapkan bisa menjadi solusi bagi
kegiatan transaksi digital non-tunai, baik secara online maupun offline.
DANA dinahkodai
oleh Vincent Henry Iswaratioso, Country Head Alipay Indonesia yang sebelumnya
juga menjabat sebagai co-founder dari layanan payment digital
INDOMOG. Sebelum resmi diperkenalkan dengan nama DANA, tersiar kabar bahwa startup ini merupakan perusahaan patungan
antara Ant Financial (Alipay) dengan EMTEK. Meskipun mengadopsi
teknologi dari Ant Financial, namun investor utama DANA merupakan perusahaan
Indonesia, yakni grup EMTEK.

Bertujuan untuk mempopulerkan transaksi non-tunai
Vincent menjelaskan
bahwa DANA didirikan untuk menjawab perkembangan kebutuhan gaya hidup digital
yang serba efisien, terutama dalam urusan transaksi kegiatan jual beli berbasis
digital.
Transaksi konvensional dengan uang tunai sering
kali menghalangi peningkatan produktivitas dan daya saing. (Oleh karena itu)
DANA kami dirikan untuk mengoptimalkan transaksi non-tunai di masyarakat.
Vincent Henry, CEO DANA
Dengan mengusung
layanan pembayaran berbasis open-platform, DANA diklaim memiliki
kelebihan terutama dari segi adopsi penggunaannya. Berbeda dengan layanan payment
gateway populer (seperti GO-JEK, GrabPay, OVO, dan
lainnya), DANA tidak terpaku dengan keberadaan satu platform tertentu
seperti GO-PAY yang saat ini terbatas hanya untuk membayar semua transaksi
dalam aplikasi GO-JEK saja.
Vincent
mencontohkan DANA ke depannya bisa digunakan di beberapa layanan seperti:
- pembayaran e-commerce Bukalapak
- pembelian tiket Tix.id
- transfer pulsa dan saldo digital DANA
lewat BBM.
Untuk pengisian
saldonya sendiri, pengguna dapat melakukan top-up melalui bank yang
bermitra dengan DANA dan outlet Alfamart.

Bakal dikembangkan lebih luas
Meski sebagian
besar integrasi DANA ke dalam layanan lainnya karena afiliasi dengan EMTEK,
namun Vincent tidak menutup kemungkinan bahwa ke depan adopsinya bakal lebih
luas lagi (seperti halnya konsep Alipay). Ia menargetkan paling tidak dalam
beberapa waktu ke depan akan ada empat puluh mitra yang sudah mengintegrasikan
DANA sebagai bagian layanan payment mereka.
Agar menjadi solusi yang efektif, (perkembangan)
DANA ke depannya akan selalu berpijak kebutuhan masyarakat. Kami harap
pengalaman transaksi yang akan kami suguhkan bisa berkontribusi untuk membangun
kepercayaan terhadap transaksi non-tunai, khususnya dalam memberdayakan dompet
digital
Vincent, CEO DANA

Mulai
diperkenalkannya DANA dalam ranah pembayaran digital menambah semarak layanan
sejenis yang belakangan semakin mulai berkembang luas di masyarakat seperti
GO-PAY, dan OVO yang terintegrasi dengan layanan GRABPAY.
Yang
menarik, CEO sekaligus pendiri GO-JEK, Nadiem Makariem sebelumnya bahkan mengumumkan bahwa
GO-PAY nantinya akan bertransformasi menjadi medium pembayaran holistik
sehingga bisa digunakan untuk melakukan pembayaran di luar aplikasi GO-JEK.
Saat tulisan ini
dipublikasikan, DANA masih menjalani proses beta roll-out di
beberapa layanan mitra yang telah berafiliasi dengan mereka. Vincent sendiri
juga mengungkapkan bahwa pihaknya saat ini sedang mengupayakan fitur transfer
saldo berbasis kode QR dengan memanfaatkan kamera dari layanan chatting BBM.
3.Kredivo
Kredivo
Resmi Terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan
Kredivo senantiasa
menyampaikan kabar gembira untuk para Kredipal. Tanggal 21
Maret 2018 menandakan satu lagi pencapaian kami: Kredivo resmi terdaftar dan
mengantongi izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Prestasi ini menjadi
pencapaian Kredivo lainnya sejak diluncurkan 2 tahun yang lalu. Hal ini pastinya
bisa terwujud berkat dukungan dari semua user Kredivo.
Tentu pencapaian ini bukanlah
hal yang mudah untuk digapai. Dari ratusan fintech yang
terdapat di Indonesia, hanya beberapa perusahaan yang secara resmi tercatat OJK,
dan kini Kredivo yang terdaftar dengan nama PT FinAccel Digital
Indonesia resmi menjadi salah satu perusahaan fintech yang
terdaftar dan berada dalam pengawasan OJK dengan nomor registrasi S-236 /
NB.213 / 2018.
Dengan keputusan ini, Kredivo
menjadi produk pembayaran kredit digital pertama yang terdaftar dan diawasi
oleh OJK. Pendaftaran ini juga menunjukkan bahwa Kredivo telah memenuhi
kualifikasi ketat pemerintah dalam hal sistem elektronik, mitigasi risiko,
kelayakan sumber daya manusia, dan infrastruktur operasional lainnya dalam
menjalankan bisnis. Dengan kata lain, hal ini juga memperkuat posisi Kredivo
sebagai produk kartu kredit digital yang terpecaya.
Kredivo memiliki visi dan
misi serupa dengan pemerintah yaitu memperluas layanan jasa keuangan. Harapan
kami adalah masyarakat terutama generasi milenial di Indonesia bisa semakin
mudah untuk mendapatkan akses kredit yang aman, nyaman, dan terjangkau,
sehingga kesenjangan akan penetrasi kredit di Indonesia bisa semakin
diminimalisasi.
Buat kamu yang mau
menggunakan Kredivo tapi masih ragu-ragu, segera hilangkan kekhawatiranmu!
Sebab selain sudah terdaftar di OJK, Kredivo memiliki sistem keamanan setara
bank. Semua data pengguna akan dienkripsi sehingga sangat terjamin keamanannya.
Kredivo juga hanya bekerja sama dengan merchant yang terpecaya
dan kredibel di Indonesia.
Dengan Kredivo, pengalaman
belanja dengan kredit jadi semakin mudah. Kamu tinggal mengunduh aplikasinya di sini,
lalu ikuti instruksi pendaftaran sesuai dengan metode kredit yang dipilih.
Prosesnya serba online, mudah, cepat, dan tanpa kartu kredit.
4.GO-Jek
Gojek
Gojek
|
|
Industri
|
|
Didirikan
|
2010
|
Pendiri
|
·
Michaelangelo
Moran
|
Kantor
pusat |
|
Wilayah operasi
|
|
Tokoh
kunci |
·
Hans
Patuwo (COO)
·
Ajey
Gore (Group CTO)
·
Thomas
Husted (Group CFO)
·
Monica
Oudang (CHRO)
|
Pemilik
|
PT Aplikasi Karya Anak Bangsa
|
Situs web
|
Gojek (sebelumnya ditulis GO-JEK) merupakan
sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani angkutan melalui jasa ojek.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 2010 di Jakarta oleh Nadiem Makarim.[2][3] Saat ini, Gojek telah tersedia
di 50 kota di Indonesia.[1] Hingga bulan Juni 2016, aplikasi Gojek sudah diunduh
sebanyak hampir 10 juta kali di Google Play pada sistem operasi Android,[4] dan
telah tersedia di App Store. Gojek
juga mempunyai layanan pembayaran digital yang bernama Gopay. Layanan Gojek
kini telah tersedia di Thailand, Vietnam dan Singapura.
Daftar isi
·
1Sejarah
Sejarah
Logo pertama Gojek yang digunakan hingga 21 Juli 2019.
Gojek didirikan oleh Nadiem Makarim, warga negara Indonesia lulusan Master of
Business Administration dari Harvard Business School. Ide
mendirikan Gojek muncul dari pengalaman pribadi Nadiem Makarim
menggunakan transportasi ojek
hampir setiap hari ke tempat kerjanya untuk menembus kemacetan di Jakarta.[5] Saat
itu, Nadiem masih bekerja sebagai Co-Founder dan Managing Editor Zalora Indonesia dan Chief Innovation
Officer Kartuku.[6]
Sebagai seorang yang sering menggunakan
transportasi ojek, Nadiem melihat ternyata sebagian besar waktu yang dihabiskan
oleh pengemudi ojek hanyalah sekadar mangkal menunggu penumpang. Padahal,
pengemudi ojek akan mendapatkan penghasilan yang lumayan bila banyak
penumpang. Selain itu, ia melihat ketersediaan jenis transportasi ini tidak
sebanyak transportasi lainnya sehingga seringkali cukup sulit untuk dicari. Ia
menginginkan ojek yang bisa ada setiap saat dibutuhkan. Dari pengalamannya
tersebut, Nadiem Makarim melihat adanya peluang untuk membuat sebuah layanan
yang dapat menghubungkan penumpang dengan pengemudi ojek.[7]
Pada tanggal 13 Oktober 2010,
Gojek resmi berdiri dengan 20 orang pengemudi. Pada saat itu, Gojek masih
mengandalkan call center untuk menghubungkan penumpang dengan pengemudi ojek.
Pada pertengahan 2014, berkat popularitas Uber kala
itu, Nadiem Makarim mulai mendapatkan tawaran investasi. Pada 7 Januari 2015, Gojek akhirnya meluncurkan
aplikasi berbasis Android dan IOS untuk
menggantikan sistem pemesanan menggunakan call center.[8]
Pendanaan
Gojek pertama kali mendapatkan kucuran dana
dari NSI
Ventures pada Juni 2015 dengan besaran dana yang tidak
dipublikasikan.[9] Pada Oktober 2015, Gojek
kembali mendapatkan kucuran dana.[9] Kali ini dari Sequoia Capital dan DST Global yang juga
tidak disebutkan jumlahnya.
Pada Agustus 2016, Gojek secara resmi
mengumumkan pendanaan senilai US$550 juta atau sekitar Rp7,2 triliun dari KKR,
Warburg Pincus, Farallon Capital, dan Capital Group Private Markets dan
investor-investor sebelumnya.[10] [11]Dengan adanya pendanaan tersebut, Gojek resmi
berstatus sebagai unicorn pertama di
Indonesia, yaitu startup dengan valuasi lebih dari US$1 miliar. Pada saat itu,
valuasi Gojek telah mencapai US$1,3 miliar (sekitar Rp17 triliun).[12]
Pada Januari 2018, Google melalui situs blog resminya
mengumumkan bahwa mereka telah memberikan pendanaan untuk Gojek[13][14]. Ini merupakan investasi pertama Google kepada
startup di Asia.[15] Kucuran dana tersebut merupakan
bagian dari seri
pendanaan yang diikuti oleh Tencent, JD, Temasek, dan
Meituan-Dianping yang mencapai angka US$1,2 miliar (sekitar Rp16 triliun).
Dalam pengumumannya, Google tidak merinci besaran jumlah investasinya kepada
Gojek namun sebuah sumber dari Reuters menyebutkan totalnya sekitar 100
juta dollar AS (sekitar 1,3 triliun).[15][16]
Tidak lama setelah Google, pada 12 Februari 2018 Astra Internasional yang
merupakan salah satu perusahaan otomotif nasional mengumumkan
investasinya kepada Gojek senilai US$ 150 juta atau sekitar Rp2 triliun.[17] Suntikan dana tersebut merupakan investasi
terbesar sepanjang sejarah Astra di sektor digital dan yang terbesar di Gojek
bila dibandingkan dengan investor-investor lainnya sampai pada saat itu.[18] Pada hari yang sama, Djarum Grup melalui PT Global
Digital Niaga (GDN) yang merupakan anak usaha perusahaan modal
ventura Global Digital Prima (GDP)
milik Djarum, juga mengumumkan investasinya kepada Gojek. Dalam pengumuman
tersebut. GDN tidak bersedia mengungkapkan berapa dana yang mereka investasikan
ke Gojek.[19]
Akuisisi dan Investasi
Dalam upaya melakukan pengembangan
aplikasinya, Gojek mengakuisisi beberapa perusahaan di India dan
membuka kantor di Bengaluru, sebuah daerah
yang terkenal sebagai "Silicon Valley nya India".[20] Hubungan Gojek dengan India
bermula pada April 2015, saat Gojek menyewa C42
Engineering, sebuah perusahaan rekayasa perangkat lunak selama dua bulan di Jakarta untuk
membereskan kekutu (bug) dalam aplikasi mereka.[20] Hubungan ini tercipta
berkat Sequoia Capital yang
merupakan salah satu investor Gojek.
Februari 2016, Gojek akhirnya mengakuisisi
C42 Engineering beserta CodeIgnition,
perusahaan pengembangan aplikasi di New Delhi yang sebelumnya juga pernah
bekerja untuk Gojek.[21] Kedua perusahaan teknologi ini ditugaskan
membantu meningkatkatkan sistem IT untuk menanggulangi jumlah pengguna yang
semakin banyak.[22] Pada saat itu, pertumbuhan
Gojek melaju dengan cepat. Jumlah pengunduh aplikasinya mencapai 11 juta dengan
200 ribu sopir Gojek. Pada tahun yang sama, tepatnya pada September 2016 Gojek mengakusisi Pianta,
sebuah startup lokal di India yang menyediakan
layanan kesehatan seperti terapi fisik, perawat, hingga pengumpulan sampel
untuk pemeriksaan di laboratorium.[23] Menutup tahun 2016, Gojek mengakuisisi
startup keempatnya di India yaitu LeftShift, perusahaan yang bergerak di bidang
aplikasi Android, iOS,
dan situs internet.[24]
Gojek tidak ingin berhenti hanya
sebagai perusahaan transportasi berbasis daring, namun bertransformasi sebagai sebuah
perusahaan financial
technology (fintech) melalui Gopay.[25] Pada akhir tahun 2016 Gojek
mengakuisisi Ponselpay,
sebuah perusahaan keuangan milik MVComerce yang
telah memiliki lisensi uang elektronik (e-money) dari Bank Indonesia.[26] Gojek membutuhkan lisensi tersebut guna
mengembangkan Gojek yang telah mereka kembangkan untuk menjadi e-money layaknya Flazz milik BCA, Brizzi milik BRI, T-Cash milik Telkomsel dan lain-lain.[27][28]
Pada 15 Desember 2017, Gojek mengumumkan
akuisisinya terhadap tiga perusahaan financial
technology yaitu Kartuku, Midtrans,
dan Mapan untuk
mendukung ekspansi GO-PAY di luar ekosistem Gojek.[29] Kartuku merupakan
sebuah perusahaan penyedia Prosesor Pihak Ketiga atau Third
Party Processor (TPP) dan Penyedia Layanan Pembayaran (PSP).[30] Kartuku yang telah mengoperasikan lebih
dari 150 ribu alat pembayaran di gerai luring (offline) dan telah
bekerjasama dengan sembilan bank acquirer ini, akan
difokuskan untuk pengembangan penggunaan Gopay secara luring.[31]
Midtrans adalah
salah satu perusahaan penyedia jasa pemprosesan pembayaran secara daring yang telah menjalin kemitraan dengan bank-bank
di Indonesia, maskapai penerbangan,
retail e-commerce dan
perusahaan-perusahaan fintech.[32] Sementara Mapan adalah jaringan
layanan keuangan berbasis komunitas yang memungkinkan penggunanya
mencicil barang yang mereka ingin beli dalam katalog barang Arisan Mapan.[33][34] Mapan yang telah tersedia di 100 kota
tersebut difokuskan oleh Gojek untuk mengakselerasi inklusi keuangan bagi masyarakat yang belum tersentuh layanan
perbankan (unbanked).[35]
Pada 8 Agustus 2017, Gojek mengakuisisi LOKET,
sebuah perusahaan yang bergerak di bidang event management &
ticketing.[36] LOKET menghadirkan layanan
pemesanan tiket secara daring, sampai menyediakan gelang RFID untuk pengunjung
acara.[37] Langkah ini diambil Gojek
untuk mendorong perkembangan fitur penjualan tiket bioskop dan acara yang telah
mereka miliki melalui GO-TIX.[38]
Pada tahun 2018, setelah sukses berekspansi
ke Vietnam Gojek memperluas jaringan
bisnisnya ke sektor periklanan. Kali ini,
Gojek mengakuisisi Promogo,
sebuah layanan pemasangan iklan di kendaraan pada
September 2018.[39][40] Di tahun 2018 pula tepatnya pada Agustus,
Gojek mengkonfirmasi kehadiran GO-Ventures yang
merupakan unit permodalan dari Gojek.[41] Hal ini sama dengan apa yang dilakukan oleh
pesaing terdekatnya, Grab, yang telah memiliki Grab
Ventures. Pasca mengumumkan kehadiran GO-Ventures, Gojek memberi
suntikan dana kepada Kumparan,
sebuah startup media daring
yang berdiri sejak tahun 2016 dengan nilai investasi yang tidak disebutkan.[42]
Januari
2019, Gojek mengakuisisi mayoritas saham Coins.ph, startup fintech
asal Filipina senilai US$72 juta atau setara
dengan Rp1 triliun.[43]Coins.ph merupakan fintech berbasis blockchain
yang memiliki layanan dompet digital. Mereka telah memiliki lebih dari 100 ribu
merchant yang menerima pembayaran via Coins.ph. Juli 2019,
Gojek dikabarkan telah menyuntikkan dana sebesar US$ 5 juta atau sekitar Rp70
miliar pada startup bernama Rebel Foods di India.[44] Rebel Foods merupakan startup "cloud
kitchen" yang menjalankan pengantaran makanan dari ribuan restoran.[45] Pasca mendapatkan suntikan dana dari Gojek,
Rebel Foods juga dikabarkan akan menyiapkan bisnisnya di Indonesia. Pada September, Gojek menyalurkan dana sebesar US$
3 juta atau sekitar Rp42 miliar pada perusahaan fintech Pluang yang
sebelumnya bernama EmasDigi.[46]
Ekspansi
Pada 24 Mei 2018, Gojek mengumumkan
kepastiannya untuk berekspansi ke empat negara di Asia Tenggara yaitu Vietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina. Gojek mengaku menyiapkan dana
sebesar USD500 juta atau sekitar Rp7,1 triliun untuk memuluskan langkahnya
tersebut.[47] Sebulan kemudian tepatnya
pada 25 Juni 2018, Gojek memperkenalkan GO-Viet di Vietnam dan GET di Thailand sebagai bagian dari ekspansinya.[48]
Selain tidak menggunakan nama merek nya
seperti yang dilakukan Uber atau Grab, Gojek juga lebih memilih menggandeng tim
lokal untuk menjalankan layanannya di luar negeri dan memberi kekuatan penuh
untuk menetapkan kebijakan sesuai dengan karakteristik masing-masing negara.[49] Namun, mereka tetap mendapatkan
dukungan teknologi, pengetahuan
operasional, dan tentu saja pendanaan dari Gojek. Sementara itu, kedua
perusahaan tersebut berperan memberikan pengetahuan tentang kondisi pasar
lokal.
Pada 12 September 2018, GO-Viet secara resmi
diluncurkan di Vietnam setelah
sebelumnya mulai beroperasi di Kota Ho Chi Minh sejak 1 Agustus 2018.[50][51] Pemilihan Vietnam sebagai negara pertama
dari rencana ekspansi Gojek bukannya tanpa alasan. Negara ini memiliki
jumlah penduduk yang cukup besar yaitu sekitar
107 juta orang dengan penetrasi internetnya sekitar 54%.[52] [53] GO-Viet dipimpin oleh Duc
Nguyen yang pernah bekerja pada Uber sebagai
International Launcher untuk membantu melakukan riset pasar, menjalin kemitraan, analitik
pasokan, integrasi pembayaran, hubungan masyarakat, dan rekrutmen.[54]
Setelah sukses di Vietnam dan Thailand,
Gojek mulai memasuki pangsa pasar Singapura. Secara resmi, Gojek memulai
debutnya di Singapura pada 29 November 2018 dalam versi beta di
wilayah terbatas yang mencakup Central Business District, Jurong East, Pungol, Ang Mo Kio, dan Sentosa.[55] Pada 10 Januari 2019, Gojek resmi
beroperasi secara menyeluruh di wilayah Singapura.[56] Di sini, Gojek tidak menjalankan layanan
GO-Ride lantaran Pemerintah Singapura tidak mengizinkan penggunaan sepeda motor
untuk transportasi umum. [57]
Kerja sama
Gojek mengumumkan kerja sama dengan
perusahaan taksi Blue Bird pada Mei 2016.[58] Melalui kerjasama tersebut Gojek membuatkan
aplikasi untuk pengemudi Blue Bird dan mulai Januari 2017 pengemudi Blue Bird bisa
menerima pemesanan dari layanan Gocar milik Gojek.[59] Pada Maret 2017, kedua perusahaan tersebut
meningkatkan kerja samanya dengan meluncurkan fitur GO-Blue Bird. Melalui fitur
tersebut, pengguna bisa langsung memesan taksi Blue Bird di aplikasi Gojek,
tidak akan mendapatkan mitra pengemudi lain seperti hal nya ketika melalui
Gocar.
Pada akhir Juli 2019, Gojek mengumumkan kerjasama nya
dengan Astra melakukan
uji coba motor listrik sebagai
kendaraan driver Gojek.[60] Langkah ini diklaim sebagai dukungan
kedua perusahaan untuk gaya hidup ramah lingkungan.
Sebelumnya, Gojek dan Astra juga mengumumkan kerjasama mereka membentuk layanan
GO-Fleet yang menyediakan kendaraan baru, layanan perawatan hingga perbaikan di
bengkel resmi Astra bagi mitra pengemudi GO-Car.[61] GO-Fleet yang berdiri di bawah naungan PT
Solusi Mobilitas Bangsa ini juga melakukan monetisasi melalui iklan pada
badan kendaraan GO-Car. Mitra pengemudi nantinya akan mendapat insentif dari
pemasangan iklan ini. Sementara kompetitor utama Gojek, yaitu Grab sudah melakukan hal ini sejak
beberapa tahun sebelumnya melalui kerjasama dengan Stickearn.[62]
Perubahan identitas
Pada 22 Juli 2019, Gojek meluncurkan logo
baru dan cara penulisan korporasi baru. Ikon barunya, yang dijuluki
"Solv", melambangkan transformasi Gojek dari menjadi layanan naik
wahana menjadi aplikasi super yang menyediakan berbagai cara cerdas untuk
menghilangkan kerepotan. Sedangkan brand Gojek yang semula ditulis GO-JEK diganti
dengan gojek saja tanpa ada tanda penghubung.
5.Dana
Tokopedia
Tokopedia
|
|
Logo Tokopedia
|
|
Jenis situs
|
|
Bahasa
|
|
Pemilik
|
PT Tokopedia
|
Pencipta
|
William Tanuwijaya
Leontinus Alpha Edison |
Sudah Cek Tokopedia Belum? (2014–2017)
Ciptakan Peluangmu (2015–2017) Semua Dimulai dari Tokopedia (2017) Mulai Aja Dulu (2018-sekarang) |
|
Situs web
|
|
Peringkat Alexa
|
|
Komersial
|
Ya
|
Daftar akun
|
Diperlukan untuk menjual atau membeli
|
Diluncurkan
|
6 Februari 2009
|
Status
|
Aktif
|
Tokopedia merupakan
perusahaan teknologi Indonesia dengan misi mencapai pemerataan ekonomi secara
digital[2]. Sejak didirikan pada tahun 2009,
Tokopedia telah bertransformasi menjadi sebuah unicorn yang berpengaruh tidak
hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara.[3]
Tokopedia memiliki bisnis marketplace
terdepan di Indonesia yang memungkinkan setiap individu, toko kecil, dan brand untuk
membuka dan mengelola toko daring. Hingga saat ini, Tokopedia menjadi marketplace yang
paling banyak dikunjungi oleh masyarakat Indonesia.[4] Sejak diluncurkan, layanan
dasar Tokopedia dapat digunakan oleh semua orang secara gratis.[5]
Dengan visi "Membangun sebuah
ekosistem dimana siapa pun bisa memulai dan menemukan apapun "[6], Tokopedia telah memberdayakan
jutaan pedagang dan konsumen untuk berpartisipasi dalam masa depan
perekonomian. Tokopedia secara konsisten mendukung para pelaku Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) dan perorangan untuk mengembangkan usaha mereka
dengan memasarkan produk secara daring.
Usaha ini juga terlihat dari berbagai
program yang dibuat maupun diinisiasi oleh Tokopedia dengan bekerjasama dengan
Pemerintah dan pihak-pihak lainnya. Salah satu program kolaborasi yang
diinisasi oleh Tokopedia adalah acara tahunan MAKERFEST yang diadakan sejak
bulan Maret 2018.[7] Acara yang diselenggarakan di
berbagai kota di Indonesia ini merupakan panggung perayaan kreasi lokal yang
bertujuan untuk mendorong pertumbuhan industri kreatif dalam negeri.[7]
Sejak tahun 2018, Tokopedia juga
menghadirkan Tokopedia Center.[8] Experience center ini
telah diluncurkan di beberapa kota di Indonesia, dua diantaranya adalah
Boyolali dan Padang. Melalui Tokopedia Center, pengunjung dapat melakukan
transaksi secara online-to-offline (O2O), membayar tagihan,
membeli tiket, mendapatkan informasi mengenai cara menggunakan aplikasi
Tokopedia, belanja secara interaktif, sampai mencari inspirasi untuk memulai
usaha daring secara gratis.[8]
Tokopedia memudahkan seluruh masyarakat
Indonesia dari Sabang sampai Merauke untuk mendapatkan kebutuhan mereka. [9]Selain berperan sebagai marketplace
pertama yang menerapkan sistem escrow atau rekening bersama di Indonesia,
Tokopedia juga menjadi perusahaan teknologi pertama di Indonesia yang
memperkenalkan pengentaran instan melalui kemitraan dengan perusahaan
transportasi daring.[9] Hal ini memungkinkan konsumen
untuk mendapatkan barang dengan cepat.
Daftar isi
·
1Sejarah
Sejarah
Tokopedia resmi diluncurkan ke publik pada
17 Agustus 2009 di bawah naungan PT Tokopedia yang didirikan oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha
Edison pada 6 Februari 2009. Sejak resmi diluncurkan, PT
Tokopedia berhasil menjadi salah satu perusahaan internet Indonesia dengan
pertumbuhan yang sangat pesat[10].
PT Tokopedia mendapatkan pendanaan awal
dari PT Indonusa Dwitama pada tahun 2009. Pada tahun-tahun berikutnya,
Tokopedia kembali mendapat suntikan dana dari pemodal ventura global
seperti East Ventures (2010)[11][12], Cyber Agent Ventures (2011)[13], Netprice (2012)[14], dan SoftBank Ventures Korea (2013)[15]. Pada Oktober 2014, Tokopedia
menjadi perusahaan teknologi pertama di Asia Tenggara yang menerima investasi
sebesar USD 100 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun dari Sequoia Capital dan SoftBank Internet and
Media Inc (SIMI)[16][17]. Pada April 2016, Tokopedia kembali
dikabarkan mendapatkan investasi sebesar USD 147 juta atau sekitar Rp 1,9
triliun.[18]
Pada bulan Agustus 2017, Tokopedia menerima
investasi sebesar USD 1,1 milyar dari Alibaba. Dikabarkan bahwa keputusan ini
dilakukan agar Alibaba dapat semakin memperluas jaringannya di Indonesia dan
Asia Tenggara setelah sebelumnya membeli saham Lazada.[19].
Berkat peranannya dalam mengembangkan
bisnis daring di Indonesia, Tokopedia berhasil meraih penghargaan Marketeers of
the Year 2014 untuk sektor e-Commerce pada acara Markplus Conference 2015 yang
digelar oleh Markplus Inc. pada tanggal 11 Desember 2014[20]. Pada 12 Mei 2016, Tokopedia
terpilih sebagai Best Company in Consumer Industry dari Indonesia Digital
Economy Award 2016[21]
Pada tahun 2018, Tokopedia kembali meraih
beberapa penghargaan. Mei lalu lalu aplikasi Tokopedia berhasil memuncaki Apple
Store mengalahkan Facebook, WhatsApp, dan Instagram. Sementara di Android,
Tokopedia juga berhasil menjadi #3 Top Chart di Google Play mengalahkan
Facebook dan Instagram[22]. Pada Desember 2018 Tokopedia
terpilih sebagai aplikasi terbaik pilihan masyarakat di Google Play.
Jenis Bisnis
Sebagai perusahaan teknologi, Tokopedia
menghadirkan empat bisnis utama bagi para penggunanya. Bisnis pertama
Tokopedia, sekaligus yang menjadi bisnis paling dikenal masyarakat adalah marketplace.
Tokopedia menyediakan serambi bisnis C2C gratis untuk penjual dan pembeli.
Terdapat juga toko resmi untuk beberapa merek resmi terkemuka.
Tokopedia juga menyediakan produk digital
seperti pulsa, pembayaran BPJS, listrik dan air, tagihan telepon, kartu kredit,
tv berlangganan, dan lain sebagainya. Terdapat juga tiket pesawat, tiket
kereta, acara, voucher permainan video, dan produk digital
lainnya.
Pada tahun 2016, Tokopedia melebarkan sayap
dengan menghadirkan produk teknologi
finansial. Produk fintech Tokopedia terdiri dari dompet digital,
investasi terjangkau, kredit modal bisnis, kartu kredit virtual, produk
proteksi, skoring kredit berdasarkan data untuk produk pinjaman, investasi,
serta layanan keuangan lainnya[23]
Baru-baru ini pada tahun 2018 Tokopedia
menghadirkan aplikasi Mitra Tokopedia. Aplikasi berukuran 1 MB ini ditujukan
untuk memungkinkan semua orang khususnya pemilik warung dan usaha kecil untuk
bisa berjualan produk digital Tokopedia seperti paket data, token listrik,
BPJS, voucher game, dan lain sebagainya.[24]
Brand Ambassador
Pada tanggal 12 November 2014, Tokopedia
secara resmi mengumumkan Chelsea Islan sebagai brand ambassador
yang merepresentasikan Tokopedia[25]. Pada 21 Oktober 2015, Isyana Sarasvati menjadi brand ambassador
yang mewakili Tokopedia.[26] Saat ini, BTS menjadi brand ambassador baru
untuk Tokopedia.
Teknologi
Versi awal Tokopedia yang dibangun tahun
2009 menggunakan bahasa pemrograman Perl,
database Oracle dan
webserver Apache dengan
mod_perl. Seiring perkembangan waktu, sekitar tahun 2015, Tokopedia mengganti
mesin databasenya dengan PostgreSQL. Selain
pergantian database server, webserver Tokopedia pun belakangan berganti
menggunakan Nginx.
Pada tahun 2015, arsitektur serambi
Tokopedia sudah berganti dari yang sebelumnya monolitik menjadi berbasis
microservices. Pemilihan bahasa program pun mengalami perubahan, walaupun belum
100%, sebagian sistem Tokopedia sudah dibangun menggunakan bahasa program Go.
Tokopedia juga menggunakan beberapa layanan
berbasis cloud, contohnya: S3 (untuk storage) dan Cloudsearch, keduanya dari
Amazon Web Services.[27]